Sore ini merupakan sore ke tujuh puluh delapan, saat detik detik terucapnya kata-kata terakhir dari ruang batin mu.
yah, ternyata aku telah menyimpan begitu lama angan-angan semu bayangan masa tuamu di dalam taman rinduku. Kepingan puing-puing yang kau hancurkan dan berhamburan pun sangat berat sekali untuk kubersihkan. Baru saja kurasakan, momen dimana aku menjadi begitu malas.
Demi Allah, dahulu aku telah bersumpah hanya jika ku lihat ketulusanmu menerima diriku, dan kau izinkan aku melangkah ke puri hatimu yang sedang tak berpenghuni. Maka, kupinang engkau dengan bismillah, tanpa ragu. Hingga kau tersipu di balik sapu tanganmu.
Namun kau telah memilih untuk menjauh, menghindar dan menutup celah itu dengan rapat dan menghilangkannya seperti penyihir negeri dongeng. Tak berjejak, Dan aku seperti pemuda malang yang tersesat dan telah kehilangan sebagian hidupnya, sementara kau merdeka luar biasa
Demikian kejamnya dirimu, tak ku menyangka. Kau kalikan semua angka binari hatiku dengan bilangan tak hingga. Menjadikan semua garis menjadi titik.
Sikapmu yang anggun itu dahulu menjadi penantianku, sepatah kata darimu dahulu merupakan pengisi hausnya rinduku. Namun sekarang semuanya kini telah pudar, aku merasa kau telah bersembunyi di balik semuanya. Bermain-main dengan angin lembayung, bernada tapi tak se irama. Dan melontarkan pertanyaan tanpa jawaban. Karena jawaban itu kau sembunyikan hanya untuk dirimu dan Tuhanmu
kau telah menyuguhkan penghujung kosong. Fatamorgana oasis di tengah sahara.
Mungkin saja aku ini terlalu egois yang telah menilai diriku berbeda dengan yang lain. Yang hanya menggunakan cara-cara orisinil yang aku miliki sendiri. Mendekatimu seperti berhadapan dengan kuda liar yang tidak jelas akan berbuat apa dan kemana harus melangkah. Sungguh aku sangat menduga-duga.
Hari ini aku melihat, sungai kotor, jalan berkelok-kelok, terik matahari, padang pasir, jurang dalam, bau busuk, petir menyambar, awan gelap, angin kencang.Berkecambuk jadi satu di dalam fikiran.
Setelah tenggelam begitu dalam di dasar samudera, untuk waktu yang begitu lama, belenggu kebosanan tak berkesudahan, kemarau yang tidak kunjung menemukan hujan. Akhirnya penantianku bersambut. Aku menemukan cara terbaikku untuk menyudahi kehebatanmu.
Sore ini aku mengikhlaskan hatiku untuk melepas belenggu bayang-bayang semu keindahan tentang dirimu. Ku melihat begitu lepasnya senyummu tanpa diriku, ringannya kau melangkah tanpa hadirku. Sungguh kau hanya indah sejauh mata memandang.
Kau untuk dirimu sendiri, yang indah bersama sekumpulan keinginan dan perjalanan pengembaraanmu. Yang dengan semua itu kau terasa begitu lengkap, hidup dan penuh gairah.
terima kasih dariku untuk semuanya.
Posted by:Rioe
No comments:
Post a Comment