Wednesday, 23 October 2013

Malam ...Panjang dan kisah pun berakhir

Angin pagi yang kuhirup ini sungguh berat
Pekat dan tidak sesejuk embun yang menyegarkan
langkah lunglai dengan jas di tangan yang kutenteng ini pun ku kibas kan ke pundak
kemeja putih yang rapi melekat ku ringankan keluar 
lengan nya kusisihkan se siku tangan

beratnya hari ini kulalui
lebih berat dari sekadar berkata bohong 
dan lebih buruk dari setumpukan sampah di ruang pembakaran
aku berlalu di jalan setapak menuju arah tak pasti

Berusaha menghimbau diriku sendiri
bahwa waktu kian berlalu dan begitu cepat
dan momen menarik hari ini tidak akan tampak lagi
karena subjek cerita itu terperosok
jauh entah mengapa tak kunjung menemukan kabar

dia membawa jutaan cerita bersama ketika keadaan terlihat indah
cerita itu tersimpan dalam diam dan kelu
dan hanya dia seorang lah saksi kunci satu satunya
untaian kata-kata indah pun sulit ditemukan

Berkecambuk, merunut ke hari-hari di belakang
yang senyumnya terukir tipis, yang tawanya perumpamaan belia tanpa beban
sepatah demi sepatah terdengar bisikan, dari sebuah kalimat serak
yang terdengar di sebuah pesan dari sebuah alat
sepertinya terlihat sungguh-sungguh sekali

dibalik letihnya hari terlalui
dibalik busana tertata rapi
di tengah suasana yang bermanjakan pujian
di antara empuknya peraduan

dan malam pun bergulir
canda, tawa, kata dan romantika indah terkumpul syahdu
berjalan bersama waktu yang tak ingin segera berlalu
rindu, senang, bahagia seolah menghiasi indah

Namun semua berubah sirna 
kala sekata terucap dengan makna yang dalam
yang mengalir bersama masa yang lalu terungkapkan
dan jantung pun terpacu cepat 
mengarah pada maksud kata dalam kalimat

Dum, hati ku serasa berada di dasar samudera
tersambar goncangan ombak pasang, terseret arus berhamburan
oh belahan hatiku, betapa sedih jiwa  itu tersandera
dalam sebuah ketentuan alam yang tak bisa diminta ulang

kala hati ini bertaburan keindahan
bermanjakan pujian, bertahtakan kemuliaan
namun tiba-tiba terpatahkan 
petaka pahit yang memilukan untuk diterima kultur akal 
dan kebijaksanaan hati pemilik sikap

Duhai malam 
janganlah kau beranjak 
dan pagi 
janganlah kau tergesa hadir
biarkanlah sejenak ku mengadu 
walau hanya makna yang ku tahu

Mata, tak mampu dipejamkan 
karena hati merana tak bertepi
lantunan doa semesta 
mengadah memohon petunjuk arah

Mampukah hati ini menyapa 
ataukah segera saja berlalu tanpa bahasa














Tuesday, 1 October 2013

Jakarta Oh Jakarta

Kota Metropolitan ini tidak pernah tidur, tidak pernah berhenti berderum, tidak juga sepi dan kosong. kepadatan kota yang mencapai 10.187.595 jiwa (BPS.2011), menjanjikan peluang kepada sesiapa saja yang menyinggahinya. tak sedikit diantara para pendatang baik dari sekitar jakarta ataupun luar kota jakarta dan luar daerah pun berbondong-bondong mengadu nasib di kota ini.

Fenomena yang mengharukan, penambahan jumlah penduduk semakin signifikan tidak selaras dengan kesejahteraan, kepatutan, kemampuan daya tampung lahan serta lapangan pekerjaan yang ada. Tata kelola pemerintah beberapa waktu belakangan dinyatakan gagal dalam menanggulangi masalah inti dari arus urbanisasi ini setiap tahunnya.

Berbagai kalangan akademisi, profesi dan pengamat kemudian mengkritisi langkah lamban yang dilakukan pemerintah kota. Masalah sosial yang menjadi dampak dari urbanisasi ini telah menyebar bak virus yang dengan perlahan tapi pasti mengganggu hingga keadaan menjadi sulit terkendali.

Pemerintah harus segera melakukan penegakkan peraturan dan perundangan yang berlaku, atau mungkin memperbaiki perundangan yang kurang efektif. Selalunya dalam praktiknya di lapangan, ada saja oknum baik dari dalam instansi maupun dari aparatur penegakkan hukum kita, hingga begitu banyak terjadi ketumpa ining tindihan masalah yang seharusnya tidak perlu. Lalu siapakah yang harus disalahkan ?. Urbanisasi, Dewan Pembuat Peraturan Perundangan ataukah aparat penegak hukum atau Program Pembangunan Pemerintah pusat yang desentralisasi ?.

Mari Berbenah.... 

Semua elemen harus turut andil dalam memecahkan masalah ini, masyarakat sendiri dituntut lebih peka dan berdisiplin dalam hidup dan perannya sebagai warga terhadap keadaan sosial di sekelilingnya, terlebih pemerintah sebagai pemangku kebijakan dan peraturan harus lebih bersungguh sungguh dan bertindak tegas dalam mengemban tugas dan fungsionarisnya tanpa keberpihakan. Kinerja Pemerintah kota haruslah selalu di evaluasi agar dapat mencapai hasil yang optimum. Karena sesungguhnya kita sebagai warga masyarakat sangat menantikan dimana kota menjadi tempat yang sangat nyaman aman dan tenteram untuk disinggahi  dan ditinggali. 

Berikut ini adalah gambaran saat ini yang masih terjadi di ibukota kita dari lensa penulis.