Angin pagi yang kuhirup ini sungguh berat
Pekat dan tidak sesejuk embun yang menyegarkan
langkah lunglai dengan jas di tangan yang kutenteng ini pun ku kibas kan ke pundak
kemeja putih yang rapi melekat ku ringankan keluar
lengan nya kusisihkan se siku tangan
beratnya hari ini kulalui
lebih berat dari sekadar berkata bohong
dan lebih buruk dari setumpukan sampah di ruang pembakaran
aku berlalu di jalan setapak menuju arah tak pasti
Berusaha menghimbau diriku sendiri
bahwa waktu kian berlalu dan begitu cepat
dan momen menarik hari ini tidak akan tampak lagi
karena subjek cerita itu terperosok
jauh entah mengapa tak kunjung menemukan kabar
dia membawa jutaan cerita bersama ketika keadaan terlihat indah
cerita itu tersimpan dalam diam dan kelu
dan hanya dia seorang lah saksi kunci satu satunya
untaian kata-kata indah pun sulit ditemukan
Berkecambuk, merunut ke hari-hari di belakang
yang senyumnya terukir tipis, yang tawanya perumpamaan belia tanpa beban
sepatah demi sepatah terdengar bisikan, dari sebuah kalimat serak
yang terdengar di sebuah pesan dari sebuah alat
sepertinya terlihat sungguh-sungguh sekali
dibalik letihnya hari terlalui
dibalik busana tertata rapi
di tengah suasana yang bermanjakan pujian
di antara empuknya peraduan
dan malam pun bergulir
canda, tawa, kata dan romantika indah terkumpul syahdu
berjalan bersama waktu yang tak ingin segera berlalu
rindu, senang, bahagia seolah menghiasi indah
Namun semua berubah sirna
kala sekata terucap dengan makna yang dalam
yang mengalir bersama masa yang lalu terungkapkan
dan jantung pun terpacu cepat
mengarah pada maksud kata dalam kalimat
Dum, hati ku serasa berada di dasar samudera
tersambar goncangan ombak pasang, terseret arus berhamburan
oh belahan hatiku, betapa sedih jiwa itu tersandera
dalam sebuah ketentuan alam yang tak bisa diminta ulang
kala hati ini bertaburan keindahan
bermanjakan pujian, bertahtakan kemuliaan
namun tiba-tiba terpatahkan
petaka pahit yang memilukan untuk diterima kultur akal
dan kebijaksanaan hati pemilik sikap
Duhai malam
janganlah kau beranjak
dan pagi
janganlah kau tergesa hadir
biarkanlah sejenak ku mengadu
walau hanya makna yang ku tahu
Mata, tak mampu dipejamkan
karena hati merana tak bertepi
lantunan doa semesta
mengadah memohon petunjuk arah
Mampukah hati ini menyapa
ataukah segera saja berlalu tanpa bahasa
Wednesday, 23 October 2013
Subscribe to:
Posts (Atom)
Garis pena ku
-
►
2017
(1)
- ► 10/15 - 10/22 (1)
-
▼
2013
(2)
- ► 09/29 - 10/06 (1)
-
►
2012
(9)
- ► 11/04 - 11/11 (1)
- ► 08/26 - 09/02 (1)
- ► 03/11 - 03/18 (7)
-
►
2010
(2)
- ► 07/04 - 07/11 (2)